SENIN, 11 APRIL 2011 | 17:47:16
"Ini cara lama. Ini teknik dasar penyebaran ideologi. Cuma kali ini entry point-nya saja yang berbeda. Banyak orang yang belajar teknik seperti ini," kata hipnoterapis Mardigu W Prasetyo, Senin, 11 April 2011. Keilmuan Mardigu sering dimanfaatkan polisi untuk "menginterogasi" tersangka terorisme.
Mardigu menjelaskan teknik cuci otak ke Lian yakni dengan memberikan minimal 10 fakta dan 1 ide. Seorang target atau sasaran cuci otak akan diberi minimal 10 fakta apa pun di sekelilingnya. Si korban tentu akan membenarkan fakta-fakta yang diberikan orang tersebut. Setelah itu, pencuci otak akan memberikan idenya. Ide ini nantinya tidak akan bisa ditolak oleh korban.
"Jadi otak manusia itu akan hang jika dicekoki dengan banyak hal. Misalnya saya bilang ini hari Senin, dijawab ya. Terus berlanjut fakta lainnya. Sampai akhirnya saya bilang nanti malam nonton yuk. Orang itu tidak akan menolaknya," jelasnya.
Menurut Mardigu, teknik cuci otak ini memang sejak dulu digunakan untuk menyebarkan ideologi. Teknik ini disebut Mardigu pernah digunakan oleh gerakan NII (Negara Islam
Prosesnya dengan 3 cara yakni beriman, berhijrah, dan berjihad. Proses beriman yakni saat korban diberikan fakta-fakta tersebut dan membenarkan semua fakta-fakta itu. Kemudian pencuci otak itu akan mengatakan kepada korbannya jika sudah beriman, maka harus berhijrah untuk meninggalkan masa lalu dan menjadi orang baru. Setelah itu baru berinfak untuk berjihad.
"Ini NII. Kalau Darul Islam dan JAT tidak seperti ini caranya. Tujuannya
Karena itu, orang-orang yang menjadi incaran si pelaku adalah orang-orang yang dinilai berduit dan mau menerima fakta-fakta yang diberikan. "Dia nggak mungkin ngejar yang tukang becak. Tujuannya mengumpulkan dana," ungkapnya.
Sementara, eks anggota NII, Al Chaidar, menduga pencuci otak Lian adalah KW9 NII, yang merupakan 'lawan' dari NII asli, bentukan pemerintah di zaman Orba. Tujuannya adalah menggembosi NII. (dc)
By: _DaFa_ sTorY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar